Sabtu, 09 November 2013

persalinan spontan dengan induksi

PERSALINAN SPONTAN DENGAN INDUKSI


Konsep Dasar
1. Konsep Fisiologi Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan. (Manuaba, 1998:157).
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Mansjoer, A., 2001: 291).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Saifuddin, 2002: 100).
Persalinan adalah proses pegeluaran hasil konsepsi (janin / uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar kandungan, melalui jalan lahir atau jalan lain. (Dhita Yuniar, 2009: 1).
Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi yang telah cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan. (Mitrariset, 2009 : 1).
b. Bentuk Persalinan
Bentuk-bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
1) Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3) Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
(Manuaba, 1998: 157).

c. Kala Persalinan
Persalinan dibagi dalam 4 Kala, yaitu:
1) Kala I
Ibu dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bercampur darah (bloody show) lendir bercampur darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedang darah berasal dari pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis pecah karena pergeseran ketika servik membuka.
Proses pembukaan servik sebagai akibat his terbagi dalam 2 fase, yaitu:
a) Fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b) Fase aktif : terbagi dalam 3 fase, yaitu :
(1) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
(2) Fase dilatasi, maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat 9 cm.
(3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap (10 cm).
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir lengkap atau bahkan sudah pembukaan lengkap. Apabila ketuban telah pecah sebelum pembukaan 5 cm disebut ketuban pecah dini. Kala I dianggap selesai apabila pembukaan servik telah lengkap 10 cm, pada Primigravida Kala I berlangsung  15 jam sedangkan pada multipara  7 jam.
2) Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk rongga panggul maka pada saat his dirasakan tekanan pada otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengedan. Karena perineum mulai meregang dan menjadi lebar dengan anus membuka, labia membuka, dan tidak lama kemudian kepala tampak di daerah vulva pada waktu his, bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi kepala janin tidak masuk lagi dan lahirlah dahi, mata, muka dan dagu melewati perinium setelah ibu tarik napas sejenak, pada saat his ibu mengedan untuk mengeluarkan bayi seluruhnya. Pada primi gravida kala II terjadi selama kira-kira 1,5 jam dan pada multi para berlangsung kira-kira setengah jam.
3) Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4) Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam pertama postpartum.
(Mochtar. 1998: 94).
d. Tanda-tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan, dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah.
(Mochtar, R. 1998: 93).
e. Sebab-sebab yang Menimbulkan Persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan jelas, ada banyak faktor yang memegang peranan penting sehingga terjadi persalinan. Di bawah ini ada beberapa teori tentang penyebab timbulnya persalinan, yaitu:

1) Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kejang pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2) Teori placenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-placenter.
4) Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan akan timbul kontraksi.
5) Induksi partus
Amniotomi: pemecahan ketuban
Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
(Mochtar, R. 1998: 92).
2. Konsep Persalinan Induksi
a. Pengertian Induksi Persalinan
Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medikasi, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu. (Wiknjosastro, 2007: 73).
Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal. (Darmayanti, 2009: 1).
b. Indikasi Persalinan Induksi
1) Indikasi janin
a) Kehamilan lewat waktu.
b) Ketuban pecah dini.
c) Janin mati.
2) Indikasi Ibu
a) Kehamilan dengan hipertensi.
b) Kehamilan dengan diabetes mellitus.
3) Indikasi Kontra
a) Malposisi dan malpresentasi janin
b) Insufisiensi plasenta
c) Disproporsi sefalopelvik
d) Cacat rahim, misalnya pernah mengalami seksio sesarea, enukleasi miom.
e) Grande multipara
f) Gemeli
g) Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidramnion
h) Plasenta previa.
(Wiknjosastro, 2007: 73-78).
c. Patofisiologi
Skema 2.1 Patofisiologi Induksi
Kehamilan lewat waktu HT, DM Kematian janin KPD
Ketegangan psikologis
Penurunan kadar estriol dan plasental laktogen
Fungsi plasenta menurun
Induksi

Penjelasan Patofisiologi :
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis/kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. (http://akhtyo.blogspot.com/2008/11/induksi-persalinan.html)
3. Fisiologi Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali dimulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lamanya 6-8 minggu. (Mochtar, R. 1998: 115).
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Wiknjosastro, 2002: 237).
b. Periode nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode:
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau sewaktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
(Manuaba, 1999: 117).
c. Perubahan Fisiologis Maternal Pada periode Pasca Partum
1) Menurut Mochtar (1998: 115)
a) Uterus secara berangsur-angsur mengalami perubahan menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tabel 2.1 Tingg¬i Fundus Uterus dan Berat Uterus menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 Minggu
2 Minggu
6 Minggu
8 Minggu Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba di atas simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal 100 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
(Mochtar, R. 1998:115).
Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang  15 cm, lebar  12 cm dan tebal  10 cm. Pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari pada bagian lain yang merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter  7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 mg diameternya 3,5 cm pada 6 minggu mencapai 2,4 cm. (Wiknjosastro, 2002:237).
b) Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
(1) Lochea rubra (cruentra): lochea yang terdiri dari darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban selama 2 hari pasca persalinan.
(2) Lochea sanguinolenta: lochea yang berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
(3) Lochea serosa: lochea yang berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
(4) Lochea alba: lochea yang berupa cairan putih, setelah 2 minggu.
(5) Lochea purulenta: apabila terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
(6) Locheostasis: lochea yang tidak lancar.
c) Servik
Setelah persalinan bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui oleh 1 jari.
d) Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali.
2) Menurut Bobak, (2005: 496-502), perubahan fisiologis pada ibu post partum adalah sebagai berikut:
a) Sistem reproduksi dan struktur terkait dalam proses involusi.
(1) Uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini mulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Pada akhir tahap ke-3 persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promotorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu kira-kira sebesar grapefruit (jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000 gram.
Dalam waktu 12 jam tinggi fundus uteri mencapai ± 1 cm di atas umbilicus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke-6 pasca partum fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilicus dan simfisis pubis. Pada hari ke-9 uterus tidak dapat dipalpasi pada abdomen. Uterus yang pada waktu penuh beratnya 11 x berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi 500 gram. Satu minggu setelah melahirkan 300 gram sampai dua minggu setelah lahir. Pada minggu ke-6 beratnya menjadi 50-60 gram.
(2) Kontraksi
Selama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama ini, biasanya suntikan oksitosin secara intravena dan intramuscular diberikan segera setelah plasenta lahir.
(3) Afterpains
Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misal: pada bayi besar, kembar) menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
(4) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta lahir dan ketuban dikeluarkan kontraksi vascular dan trombosis menurun tempat plasenta kesatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Proses penyembuhan yang unik ini memerlukan endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan inplantasi dan plasenta untuk kehamilan di masa yang akan datang.
(5) Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir disebut lochea.
a. Lochea rubra : mengandung darah dan debris desidua serta debris trofoblastik setelah 3-4 hari.
b. Lochea serosa : terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit, dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayinya lahir.
c. Lochea alba : mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, dan bakteri.
(6) Servik
Servik menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan 18 jam pasca partum, servik memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula, muara servik yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap. 2 jari mugkin masih dapat dimasukkan kedalam muara serviks pada hari ke-4 sampai ke-6 pasca partum, tetapi hanya tangki kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada akhir minggu ke-2.
(7) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu ke-4, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita multipara.
(8) Topangan otot panggul
Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali tonus semula yang disebut relaksasi panggul, struktur ini terdiri atas uterus, dinding vagina posterior atas, uretra, kandung kemih dan rectum.
b) Sistem Endrokin
(1) Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon -hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon Human Placental Lactogen (hPL), estrogen, dan kortisol, serta Placental Enzyme Insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu post partum. (Bowes, 1991: 1)
(2) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni dalam 27 hari setelah melahirkan, dengan waktu rata-rata 70 sampai 75 hari. Pada wanita menyusui, waktu rata-rata terjadinya ovulasi sekitar 190 hari. (Bowes, 1991: 2).
c) Abdomen
Apabila wanita berdiri dihari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Dalam 2 minggu setelah melahirkan dinding abdomen wanita itu akan rileks.
d) Sistem urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid tang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan.
(1) Komponen urine
Glukosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal.
(2) Diuresis Pasca partum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang terimbun di jaringan selama ia hamil.
(3) Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir.
e) Sistem Pencernaan
(1) Nafsu makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan.
(2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang sikat setelah bayi lahir.
(3) Defekasi
BAB secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan.
f) Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil (estrogen, progesteron, Human Chorionic Gonadotropin, prolaktin, kortisol dan insulin) akan menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
(1) Ibu tidak menyusui
Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui, kadar prolaktin akan turun dengan cepat.
(2) Ibu yang menyusui
Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah posisi dari hari ke hari.
g) Sistem Kardiovaskuler
(1) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis).
(2) Curah jantung
Denyut jantung setelah melahirkan akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
(3) Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat dan pasti terjadi.
(4) Varises
Varises di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil.
h) Sistem Neurologi
Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan.
i) Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pasca partum.
j) Sistem integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir.
k) Sistem Kekebalan
Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk mencegah isoimunisasi Rh ditetapkan.
(Bobak, 2005: 496-502).

d. Perawatan Pasca Persalinan
1) Perawatan pasca persalinan adalah:
a) Mobilisasi
Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan menganjurkan ibu nifas untuk melakukan mobilisasi dini (early mobilization), hal ini mempunyai keuntungan yaitu:
(1) Memperlancar pengeluaran lochea.
(2) Mempercepat involusi.
(3) Melancarkan fungsi alat gastroinstensinal dan alat perkemihan.
(4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
b) Kebersihan Diri
(1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh/personal hygiene.
(2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu. Dari depan ke belakang, baru membersihkan daerah anus. Nasehatkan ibu untuk membersuhkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
(3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut minimal dua kali sehari.
(4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
(5) Kurang istirahat akan berpengaruh terhadap ibu, yaitu : mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan diri sendiri.
c) Istirahat
(1) Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
(2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat selama bayi tidur.
d) Gizi
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap harinya (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
d) Tablet Fe harus diminum untuk menambah gizi setidaknya 40 hari pasca bersalin, minum kapsul vitamin A (200.000) unit, agar memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
e) Senam Nifas
Senam nifas dilakukan untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengembalikan otot-otot yang kendur, terutama rahim dan perut yang memuai saat hamil.
Latihan senam nifas dapat diberikan mulai hari kedua misalnya:
(1) Ibu telentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh diatas dan menekan perut. Lakukan pernapasan dada dan pernapasan perut.
(2) Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali.
(3) Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan defakasi.
(4) Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh tumit.
(http://tikiv.blogspot.com/2008/05/ induksi-persalinan_24.html)

2) Perawatan pasca persalinan adalah sebagai berikut:
a) Mobilisasi
Mobilisasi sangat bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea).
b) Diet
Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengansung alkohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung.
c) Miksi
Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni dan gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan vagina tidak lancar.
d) Defekasi
Buang air besar akan sulit karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya hemoroid (wasir). Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum.
e) Perawatan payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu, menggunakan BH yang menyokong payudara, apabila puting susu lecet oleskan kollostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui, menyusui tetap dilakukan mulai dari puting susu yang tidak lecet, apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan: pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting, keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak, susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan dan letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar