Sabtu, 09 November 2013

persalinan dengan vakum

Persalinan Dibantu Vacuum

        Setiap ibu hamil pasti menginginkan agar kelak ia bisa melahirkan dengan normal dan lancar. Namun bagaimana jika yang terjadi justru sebaliknya? Misalnya terjadi gawat janin sehingga dokter harus melakukan tindakan medis. Nah, salah satu tindakan medis untuk membantu persalinan adalah dengan vacuum.

Namun terkadang, meskipun dalam kondisi darurat biasanya si ibu masih berusaha ‘mati-matian’ agar bayinya tidak lahir dengan bantuan vacuum. Mengapa? Selain alasan takut kelak anaknya menjadi bodoh, si ibu percaya bahwa melahirkan dengan bantuan vacuum juga akan membuat perubahan bentuk pada kepala anaknya. Benarkah demikian?
 
 Apakah vacuum itu?

Merupakan alat bantu persalinan berbentuk seperti sendok atau mangkuk khusus dari plastik atau logam yang berfungsi untuk ‘menghisap’ agar bayi keluar dari mulut rahim. Cara kerjanya sangat sederhana, yaitu vacuum diletakkan di atas kepala bayi, kemudian ada selang yang menghubungkan mangkuk ke mesin yang bekerja dengan listrik atau pompa. Vacuum hanya digunakan saat mulut rahim sudah terbuka penuh dan kepala bayi sudah berada di bawah mulut panggul.

Faktor indikasi

Persalinan dengan vacuum dilakukan bila ada indikasi membahayakan kesehatan serta nyawa si ibu atau anak, maupun keduanya. Indikasi pada ibu, misalnya karena persalinan yang berlangsung cukup lama sehingga ibu sudah kehilangan banyak tenaga, ibu sudah pernah melakukan persalinan melalui operasi sebelumnya, ibu menderita penyakit tertentu seperti jantung, darah tinggi (hipertensi) atau pre-eklampsia. Indikasi pada anak, misalnya terjadinya gawat janin atau kepala bayi tertahan di bagian panggul sehingga janin sulit untuk keluar.
Vacuum ada syaratnya
Dokter akan memutuskan si ibu harus melakukan vacuum apabila:
Tak ada disproporsi kepala panggul. Artinya, panggul ibu tidak sempit atau anaknya tidak terlalu besar.

  • Pembukaan ibu harus sudah lengkap.
  • Ketuban sudah pecah.
  • Jika dalam proses vacuum ternyata kepala si bayi tak mau turun juga maka penarikan atau proses vacuum harus segera dihentikan. Selanjutnya ibu harus langsung menjalani operasi caesar.
Berapa lama prosesnya?

Proses persalinannya sendiri menghabiskan waktu tak lebih dari 10 menit. Tapi, dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk menjalani seluruh prosedur.

Dampaknya

Persalinan vacuum tak berdampak buruk bagi ibu. Kalaupun ada paling hanya terjadi laserasi atau perlukaan pada jalan lahir, juga perdarahan di jalan lahir.

Sedangkan pada bayi, risiko vacuum secara umum adalah terjadinya luka atau lecet di kulit kepala. Ini pun dapat diobati dengan obat antiseptik. Bisa pula terjadi cephal hematoma atau pendarahan yang tidak keluar di antara tulang-tulang kepala, berwarna merah kebiruan. Kondisi ini biasanya akan hilang sendiri setelah bayi usia seminggu. Bisa saja terjadi pendarahan infrakranial (pendarahan dalam otak). Namun untungnya, kasus seperti ini jarang sekali terjadi.


vakumVI. Teknik Ekstraksi
• Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui posisi kepala, apakah ubun-ubun kecil terletak di depan atau kepala, kanan/kiri depan, kanan/kiri belakang untuk menentukan letak denominator.
• Lakukan episiotomi primer dengan anestesi lokal sebelum mangkuk dipasang pada primigravida. Sedangkan pada multipara, episiotomi dilakukan tergantung pada keadaan perineum. Dapat dilakukan episiotomi primer atau sekunder (saat kepala hampir lahir dan perineum sudah meregang) atau tanpa episiotomi.
• Lakukan pemeriksaan dalam ulang dengan perhatian khusus pada pembukaan, sifat serviks dan vagina, turunnya kepala janin dan posisinya. Pilih mangkuk yang akan dipakai. Pada pembukaan serviks lengkap, biasanya dipakai mangkuk nomor 5.
• Masukkan mangkuk ke dalam vagina, mula-mula dalam posisi agak miring, dipasang di bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Pada presentasi belakang kepala, pasang mangkuk pada oksiput atau sedekat-dekatnya. Jika letak oksiput tidak jelas atau pada presentasi lain, pasang mangkuk dekat sakrum ibu.
• Dengan satu atau dua jari tangan, periksa sekitar mangkuk apakah ada jaringan serviks atau vagina yang terjepit.
• Lakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga – 0,2 kg/ cm2, tunggu selama 2 menit. Lalu naikkan tekanan – 0.2 kg/cm2 tiap 2 menit sampai sesuai tenaga vakum yang diperlukan, yaitu – 0,7 samapi – 0,8 kg/cm2.
• Sebelum mengadakan traksi, lakukan pemeriksaan dalam ulang, apakah ada bagian lain jalan lahir yang ikut terjepit.
• Bersamaan dengan timbulnya his, ibu diminta mengejan. Tarik mangkuk sesuai arah sumbu panggul dan mengikuti putaran paksi dalam. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk agar selalu dalam posisi yang benar, sedang tangan kanan menarik pemegang. Traksi dilakukan secara intermiten bersamaan dengan his. Jika his berhenti traksi juga dihentikan.
• Lahirkan kepala janin dengan menarik mangkuk ke atas sehingga kepala melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion, sementara tangan kiri penolong menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, lalu mangkuk dilepas. Lama tarikan sebaliknya tidak lebih dari 20 menit, maksimum 40 menit.

VII. TIPS
- Jangan memutar kepala bayi dengan cara memutar mangkok. Putaran kepala bayi akan terjadi sambil traksi.
- Tarikan pertama menentukan arah tarikan.
- Jangan lakukan tarikan di antara his.
- Jika tidak ada gawat janin, tarikan “terkendali” dapat dilakukan maksimum 30 menit.
VIII. Kegagalan
• Ekstraksi vacum dianggap gagal jika :
- Kepala tidak turun pada tarikan.
- Jika tarikan sudah tiga kali dan kepala bayi belum turun, atau tarikan sudah 30 menit,
- Mangkok lepas pada tarikan pada tekanan maksimum.
• Setiap aplikasi vacum harus dianggap sebagai ekstraksi vacum percobaan. Jangan lanjutkan jika tidak terdapat penurunan kepala pada setiap tarikan.

IX. Penyebab Kegagalan
o Tenaga vacum terlalu rendah
o Tekanan negatif dibuat terlalu cepat.
o Selaput ketuban melekat.
o Bagian jalan lahir terjepit.
o Koordinasi tangan kurang baik.
o Traksi terlalu kuat.
o Cacat alat, dan
o Disproporsi sefalopelvik yang sebelumnya tak diketahui.

X. Komplikasi
- Ibu : ♦ Perdarahan akibat atonia uteri / trauma.
♦ Trauma jalan lahir
♦ Infeksi
- Janin : ♦ Aberasi dan laserasi kulit kepala.
♦ Sefalhematoma, akan hilang dalam 3 – 4 minggu.
♦ Nekrosis kulit kepala
♦ Perdarahan intrakranial sangat jarang
♦ Jaundice.
♦ Fraktur klavikula
♦ Kerusakan N.VI dan VII.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar