Sabtu, 09 November 2013

persalinan dengan forceps

Definisi
Ekstraksi forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. Cunam atau forceps adalah suatu alat obstetrik terbuat dari logam yang digunakan untuk melahirkan anak dengan tarikan kepala. Ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin ( kepala ) dengan alat cunam. 

Tujuan
Menurut Rustam Mochtar 1998, persalinan dengan ekstraksi forceps bertujuan:
1.      Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
2.      Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan   depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK ki /ka belakang menjadi UUK depan ( dibawah symphisis pubis)
3.      Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala

Jenis Tindakan Forceps
Berdasarkan pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan  beberapa macam tindakan ekstraksi forceps, antara lain:
1.      Forceps rendah
Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum, forceps dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.
2.      Forceps tengah
Pada kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps tengah adalah forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps berat membuktikan terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat diganti dengan ekstraksi vaccum.
3.      Forceps tinggi
Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria.

Indikasi
Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah
1.      Indikasi ibu
a.       Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.
b.      Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir artinya partus sudah berlangsung lama.
c.       Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.
d.      Eklamsi yang mengancam
e.       Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV,  pembukaan cervix lengkap, ketuban sudah pecah atau  2jam mengedan janin belum lahir juga
f.       Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal  Ibu dengan decompensasi kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang),  pre eklamsi berat,  ibu dengan asma broncial.
g.      Partus tidak maju-maju
h.      Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.
2.      Indikasi janin
a.       Gawat janin
b.      Tanda-tanda gawat janin antara lain :
c.       Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, adanya mekonium (pada janin letak kepala)
d.      Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik
              
Syarat Dilakukan Forcep
Syarat-syarat untuk dapat melakukan ekstrasksi forceps antara lain:
1.        Pembukaan lengkap
2.        Selaput ketuban telah pecah atau dipecahkan
3.        Presentasi kepala dan ukuran kepala cukup cunam
4.        Tidak ada kesempitan panggul
5.        Anak hidup termasuk keadaan gawat janin
6.        Penurunan H III atau H III- H IV ( puskesmas H IV atau dasar panggul)
7.        Kontraksi baik
8.        Ibu tidak gelisah atau kooperatif                                      

Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi
1.        Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit dipegang oleh forceps
2.        Anencephalus
3.        Adanya disproporsi cepalo pelvik
4.        Kepala masih tinggi
5.        Pembukaan belum lengkap
6.        Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel
7.        Jika lingkaran kontraksi patologi  bandl sudah setinggi pusat atau lebih


Komplikasi
Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut
1.        Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
a.    Perdarahan yang dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta trauma jalan lahir yang meliputi  ruptura uteri, ruptura cervix, robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum.
b.     Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam
Komplikasi segera pada bayi
a.      Asfiksia karena terlalu lama di dasar panggul sehingga  terjadi rangsangan pernafasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung jaringan  otak.
b.      Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi
c.    Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
2.        Komplikasi kemudian atau terlambat
Komplikasi pada ibu
a.     Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.
b.      Infeksi
c.       Penyebaran infeksi makin luas
d.   Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal.
Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk:
a.       Trauma ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps
b.   Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis.
c.       Gangguan susunan saraf pusat
d.      Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual.
e.       Gangguan pendengaran dan keseimbangan.

Perawatan Setelah Ekstraksi Forceps
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa, hanya memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi.Oleh karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian infus sampai tercapai keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi rahim menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk menghindari infeksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar